tilang polisi yang pertama pada Q


Awalnya Q brangkat kesekolah, pagi itu
q berangkat sendirian.dari awal Q
sudah agak terlambat dari
biasanya berangkat ke sekolah. 
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas
di perempatan itu masih menyala hijau.
q segera menekan pedal gas kendaraannya.
Q tak mau terlambat.Apalagi perempatan 
di situ sudah terkenal cukup padat, sehingga
lampu merah biasanya menyala cukup lama.
Kebetulan pada waktu itu jalan di depanQ
agak lenggang.Lampu berganti kuning.
HatiQ berdebar berharap semoga Q bisa melewatinya segera.
Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.
Q bimbang, haruskah Q berhenti atau terus saja.
"Ah, Q tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,
" pikirQ sambil terus melaju. 
 
Prit! Di seberang jalan seorang polisi
melambaikan tangan memintanya berhenti. 
Qpun menepikan kendaraan agak menjauh
sambil mengumpat dalam hati (ah.. sial). 
Dari kaca spion q melihat siapa polisi itu.
Wajahnya tak terlalu asing bagiQ. 
Hey, ternyata seseorang yang sering 
Q temui di daerah rumah Q , . HatiQ agak lega.
Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya. 
"Hai, mas(stt...disamarkan) Senang sekali ketemu kamu lagi!" 
 
"Hai, ko." Tanpa senyum. 
 
"Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya 
memang agak buru-buru. saya sudah terlambat jam pertama nieh mas
 
"Oh ya?" Tampaknya mas agak ragu. 
 
Nah, bagus kalau begitu. "mas, hari iniq ada ujian .
Tentu aku tidak boleh terlambat, dong." 
 
"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering
memperhatikanmu melintasi lampu merah di 
persimpangan ini." 
 
Sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Qharus ganti strategi.
"Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh,
tadi Q tidak melewati lampu merah.
Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.
" Aha, terkadang berdusta sedikit bisa 
memperlancar keadaan, pikirQ. 
 
"Ayo dong ko. Kami melihatnya dengan jelas. 
Tolong keluarkan SIM. 
 
Dengan ketus Q menyerahkan SIM lalu masuk 
ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya.
Sementara mas menulis sesuatu di buku tilangnya.
Beberapa saat kemudian mas
mengetuk kaca jendela.Q memandangi wajah mas 
dengan penuh kecewa.Dibukanya kaca jendela itu sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup 
untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-
kata mas kembali ke posnya. 
 
Q mengambil surat tilang yang diselipkan MAs 
di sela-sela kaca jendela.Tapi, hei apa ini.
Ternyata SIM-nya dikembalikan bersama sebuah nota.
Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? 
Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Q membuka 
dan membaca nota yang berisi tulisan tangan mas... 
 
Halo ko, 
 
Tahukah kamu ko, aku dulu mempunyai 
seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah 
meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut 
menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum 
penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa 
bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. 
Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. 
Kami masih terus berusaha dan berharap agar 
Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak lagi 
agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami 
mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa 
sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku ko. 
Doakan agar permohonan kami dapat 
terkabulkan. Berhati-hatilah. 
 
- mas. 
Q terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan 
mencari mas. Namun, mas sudah meninggalkan 
pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan 
pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak 
tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan. 
 
Tak selamanya pengertian kita harus sama 
dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita 
tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat 
berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati dan 
jangan lagi suka menerobos lampu merah!
              

0 komentar:

Posting Komentar